Suku Hadza di Tanzania, yang juga dikenal dengan nama Suku Hadzabe, merupakan sekelompok etnis asli yang ditemukan di Tanzania utara. Lokasi suku Hadza awalnya dikatakan di daerah Danau Eyasi. Mereka juga dapat ditemukan di Dataran Tinggi Serengeti yang berdekatan. Pada 2015, antara 1.200 dan 1.300 orang suku Hadza Afrika tinggal di Tanzania, meskipun hanya sekitar 400 suku Hadza yang masih bertahan hidup dengan cara mencari makan secara tradisional, yakni berburu. Selain itu, tradisi kehidupan suku Hadza pada umumnya terancam oleh perambahan penggembala serta meningkatnya dampak dari pariwisata. Secara genetik, suku Hadza di Tanzania ini tidak memiliki keterkaitan yang erat dengan kelompok etnis lain. Diketahui hingga saat ini, suku ini tetap mempertahankan cara hidup tradisional mereka yakni mencari makan dengan cara berburu, tinggal di bawah atap yang sama selama 100 tahun ini dan tidak ada perubahan, bahkan kalau pun ada perubahan dalam 10.000 itu hanya sedikit, tidak banyak. Kehidupan Suku Hadzabe kurang lebih seperti yang tampak pada video berikut ini.
Selain baju adat, hal pertama yang menarik perhatian publik adalah bahasa dari suku Hadza itu sendiri, yang disebut dengan Hadzane. Bahasa Hadzane ini dianggap sebagai bahasa yang mengisolasi karena sangat berbeda dan benar-benar tidak memiliki kemiripan apalagi kesamaan dengan bahasa lain. Bahasa Hadzane sepenuhnya merupakan bahasa lisan. Ciri khas bahasanya yang menonjol adalah memiliki bunyi klik dan letupan. Hal ini lah yang menjadikan Bahasa Hadzane pernah dikelompokkan sebagai Bahasa Khoisan.
Ada apa dengan pengucapan nama di Suku Hadzabe?
Pengucapan nama di Suku Hadzabe terkenal sangat sulit. Bagaimana tidak, nggak cuma adanya bunyi klik dan letupan, tapi juga ejaan yang sangat sulit untuk dibaca dan diucapkan. Fakta ini sempat diunggah dalam salah satu akun Instagram @fyifact. Dalam video yang diunggahnya itu memperlihatkan seorang warga negara asing yang berkunjung dan mencoba untuk ngajak ngobrol mereka. Dalam video itu WNA tersebut menanyakan nama dari masing-masing pemuda Suku Hadzabe dan pemuda-pemuda tadi menyebutkan namanya. Daaaan susah betul niruinnya loh sobat beside us. Sangat sangat unik dan pastinya belum pernah ada nama seperti itu di suku lainnya.
Beberapa ahli bahasa menjelaskan bahwa suara klik adalah cara bagi orang-orang Suku Hadza untuk berkomunikasi satu sama lain saat mereka berburu. Suara klik ini memiliki tidak begitu memengaruhi hewan dibandingkan dengan suara manusia, yang cenderung menakuti satwa liar. Hal ini lah yang menjadikan perburuan Suku Hadza lebih mudah dibandingkan perburuan biasanya, apalagi alat yang digunakannya tradisional sekali, yaitu panah dan tombak.
Menurut UNESCO, Bahasa Hadza rentan tapi tidak terancam punah karena masih banyak anak-anak yang mempelajarinya. Meski begitu, penggunaannya terbatas pada aspek kehidupan tertentu, misalnya ketika di rumah. Bahasa Hadza juga dianggap sebagai faktor terpenting dalam mengetahui siapa yang merupakan bagian dari kelompok etnis Hadzabe dan siapa yang bukan. Dalam beberapa tahun terakhir banyak suku Hadza telah mempelajari Kiswahili, bahasa nasional Tanzania, sebagai bahasa kedua.
Wihhh, gimana ya jadinya kalo kita semua bener-bener mempertahankan budaya dan tradisi dari nenek moyang? Pasti bakal makin kaya banget budaya dan tradisi di Indonesia. Tapi mempertahankan bukan berarti menutup diri dengan pengetahuan dan teknologi yang baru ya sobat beside us, tapi lebih ke melestarikan sebagai penghormatan kepada nenek moyang kita. Budaya dan tradisi yang baik dijaga, yang buruk ditinggalkan. Semoga bermanfaat <3