Suku Hadzabe merupakan salah satu suku yang hidup dan tinggal di Tanzania. Selain terkenal karena keunikan bahasanya, Suku Hadzabe juga terkenal dengan kehidupannya yang tradisional. Warga suku ini menggunakan cara berburu dan mencari makanan untuk melangsungkan hidupnya. Hewan yang diburu antara lain ayam hutan, kelinci, dan hewan-hewan yang bisa dimakan secara beramai-ramai seperti rusa, maupun babi hutan. Cara berburu mereka juga masih menggunakan cara tradisional.
Sejak akhir abad ke-19, pemerintah kolonial serta pemerintah independen di Tanzania berupaya untuk memperkenalkan pertanian kepada Suku Hadzabe agar mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka tanpa terpengaruh dengan adanya perubahan alam seperti berkurangnya hewan buruan. Selain itu, mereka juga memperkenalkan agama kristen. Akan tetapi cara ini sebagian besar belum bisa dikatakan berhasil untuk membuat Suku Hadzabe hidup dengan cara baru dan lebih adaptif serta nggak bergantung pada 1 atau 2 sumber daya alam saja. Mereka tetap melakukan teknik bertahan hidup yang hampir sama seperti nenek moyang mereka. Akan tetapi semenjak awal abad ke-20, diketahui bahwa Suku Hadzabe menghadapi cukup banyak tekanan dari suku-suku tetangga yang memasuki wilayah mereka tanpa izin. Selain itu juga terdapat pengaruh luar yang mau nggak mau harus mereka hadapi, yakni perburuan safari dan pariwisata. Hal ini kembali lagi pada Teknik bertahan hidup yang mereka gunakan sebagai penyebab utama besarnya dampak adanya perburuan safari dan pariwisata.
Suku Hadzabe hidup berkoloni yang terdiri dari 20 hingga 30 orang. Kelompok ini disebut dengan istilah kamp yang dimana mereka tidak memiliki hierarki suku maupun pemimpin dalam kelompok. Selama musim kemarau, Suku Hadzabe tinggal di tempat penampungan yang sangat sederhana karena mengingat bahwa mereka hidup nomaden berdasarkan banyaknya sumber makanan yang bisa mereka manfaatkan. Rumah mereka terdiri dari cabang-cabang pohon, dan hanya perlu beberapa jam untuk membangunnya. Akan tetapi ketika masuk musim hujan, suku tersebut akan pindah ke gua-gua terdekat. Orang-orang di Suku Hadzabe menjalani kehidupan yang sederhana, dengan sedikit harta individu. Ketika tiba saatnya bagi mereka untuk pindah, packing bisa dilakukan dengan sangat cepat, karena mereka dapat membawa semua harta benda mereka di punggung mereka. Bahkan Inggris, dan kemudian pemerintah Tanzania mencoba untuk membuat orang-orang Suku Hadzabe menetap secara permanen. Akan tetapi semua upaya mereka gagal. Suku Hadzabe biasanya tinggal sebentar di tempat tinggal yang disediakan untuk mereka. Mereka selalu berakhir kembali ke cara lama mereka, yakni berburu dan mencari makan.
Permukiman ini membawa satu masalah besar bagi masyarakat lain, yakni timbulnya penyakit. Orang-orang Hadza sangat rentan terhadap penyakit menular. Sayangnya, dengan tinggal di desa-desa ini, wabah penyakit meletus. Akibatnya, banyak orang meninggal, terutama anak-anak akibat campak. Meski begitu, sikap mereka yang mengisolasi diri mereka dari seluruh dunia, membuat Suku Hadzabe terlindungi dari paparan HIV/AIDS dibandingkan dengan suku-suku lain di Tanzania.